Senin, 07 Juni 2010

"Child and Drug"

Hubungan Patogenik Picu Anak Bernarkoba
Bagaimana perilaku seseorang di usia dewasa biasanya merupakan cerminan bagaimana kehidupannya di masa kecil. Demikian seperti yang dituturkan oleh Imelda Yetti Triyuni S Pd. Menurutnya, perlakuan atau teladan yang kurang baik dari orang tua bahkan semasa kanak-kanak akan sangat berpengaruh saat dewasa.
“Seseorang yang mengalami luka batin dan kebingungan seseorang bila tidak tertangani dapat megarah ke hal yang negatif. Bahkan, sampai ke penggunaan narkoba,” demikian ungkap Imelda.
Hubungan yang tidak serasi di dalam keluarga atau yang diistilahkan dengan patogenik berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Hal tersebut menurut wanita yang berprofesi sebagai pengajar di Sekolah Charitas ini, dapat mengakibatkan kurangnya komunikasi anak. Akibatnya mereka mencari informasi dan ketenangan dari sumber lain baik teman, atau bahkan sumber-sumber yang tidak bertanggungjawab.
“Banyak anak, remaja, bahkan dewasa yang menjadi lemah jiwanya karenanya sehingga mereka akan mudah dipengaruhi. Misalnya narkoba yang dimulai dengan coba-coba, ikut-ikutan, atau ingin lepas dari masalah,” tutur Imelda.
Ujar Imelda, narkoba dapat mengganggu sistem syaraf, cara berpikir, bahkan kemunduran mental. Selain itu narkoba juga mengganggu fungsi organ tubuh sehingga yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam gerak secara motorik, kognitif (berpikir), afektif, dan psychomotorik. Kesemuanya itu tentu saja mempengaruhi orang dalam bekerja, berbicara, berkomunikasi, bahkan mengarah ke ketidakberdayaan sama sekali.
“Ada tujuh macam hubungan orang tua dengan anak yang bersifat patogenik, antara lain penolakan, terlalu melindungi anak dan sikap serba mengekang, menuntut anak secara tidak realistis, bersifat terlalu lunak dan memanjakan anak, disiplin yang salah, komunikasi yang kurang rasional, serta teladan yang buruk dari orang tua,” ungkapnya.
Hubungan patogenik yang berbentuk penolakan biasanya berupa sikap menelantarkan anak secara fisik sehingga tidak menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang, orang tua yang tidak menunjukkan perhatian pada minat dan prestasi anak, menghukum anak secara kejam dan sewenang-wenang, tidak meluangkan waktu bersama anak, serta tidak menghargai hak dan perasaan anak.
“Di Batam, banyak sekali orang tua yang sibuk bekerja. Bila tidak sembang dengan pengaturan waktu, bisa terjadi hubungan yang patogenik antara orang tua dan anak,” imbuh Imelda.
Mengatur dan mengawasi anak secara berlebihan serta mengambilkan segala keputusan bagi anak juga berarti terlalu melindungi anak atau juga memunculkan sikap serba mengekang. Anak juga sebaiknya tidak dipaksa memenuhi standar yang tinggi sehingga menimbulkan rasa tidak mampu pada anak. Kesemuanya itu mampu memicu anak untuk mencari pelarian yang cenderung kurang bertanggung jawab. (ika)

Orang Tua Perlu Kenal Istilah Gaul
Orang tua perlu jeli melihat perubahan tingkah laku pada anak. Menurut Imelda hal ini dikarenakan seringnya anak yang sepertiya baik dan alim dalam ruamh tetapi di luar terkena narkoba.
“Perhatikan kamar tidur dan almari mereka, apakah ada jarum suntik misalnya. Perhatika juga percakapan mereka. Bila mereka jadi pengedar atau pemakai biasanya menggunakan bahasa yang terasa agak aneh. Misalnya kata cekak untuk ukuran berat barang 8 – 10 mg, bokap ogut yang berarti bapak gue, teke atau yang berarti polisi, ngecam atau menyuntik, jogul atau jual obat, bokin atau pacar, dan sebagainya,” ungkap wanita yang pernah menjadi konselor untuk narkoba ini.
Selain itu melalui VCD tentang narkoba, orang tua juga bisa mempelajari seluk beluk tentang narkoba. Dalam VCD yang tersebut, orang tua juga bisa mengajak anak untuk menyaksikan bersama sehingga anak bisa dibimbing secara langsung untuk tahu tentang narkoba.
Untuk itu ia memberikan 10 tips bagi orangtua dalam hubungannya dengan anak.
1. perhatikan minat dan prestasi anak
2. hargai hak dan perasaan anak
3. usahakan anak bisa bergaul atau bersosialisasi dengan berbagai kalangan kelas
masyarakat
4. berkomunikasi dengan pihak sekolah secara teratur
5. kembangkan sikap bertanya anak dan latih anak mengambil keputusan sendiri.
Berikan rambu-rambu dan bimbingan
6. hindarkan kata-kata negatif atau kotor dalam keluarga
7. jadikan keluarga tempat pendidikan pertama, bukan sekolah
8. budayakan gemar membaca supaya anak lebih terbuka
9. berikan teladan antara kata dan perbuatan serta tetap belajar baik dengan
membaca tukar pengalaman, dan lain sebagainya
10. biarkan anak menjadi anak-anak. Jangan terlalu menuntut anak secara '
intelektual, tetapi imbangi dengan tuntutan emosinya juga spiritualnya dengan
mengajak anak ke rumah ibadah sejak dini misalnya (ika)

Sekolah Perlu Rutin Adakan Razia dan Penyuluhan
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua yang dekat dengan anak. Untuk itu sekolah juga memiliki andil dalam menciptakan lingkungan yang baik bagi pergaulan anak khususnya proses belajarnya.
Berkaitan dengan narkoba menurut Imelda, pihak sekolah perlu teratur melakukan razia. Ini untuk mengantisipasi adanya pemakaian narkoba di kalangan sekolah bahkan penyebarluasannya.
“Selain itu sekolah juga perlu rutin melakukan penyuluhan tentang narkoba baik itu seluk beluk apalagi dampaknya,” kata Imelda.
Imelda juga menyayangkan tidak adanya pusat rehabilitasi narkoba di Batam. Karena menurutnya para pengguna narkoba seharusnya bukan disingkirkan melainkan ditampung. (ika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar